Museum dan Pembelajaran Subyektif Learning Geliat Literasi di Era Hujan Informasi

Era sekarang umat manusia mengalami fenomena banjir informasi. Sementara ada yang menyebut saat ini istilah yang lebih tepat disematkan bukan lagi banjir informasi tapi hujan informasi. Hujan informasi mengandaikan saat ini informasi dapat diakses di hampir seluruh permukaan bumi dengan adanya media internet dengan akses satelit yang makin ke sini makin cepat. Jika dahulu ada istilah menimba ilmu maka sekarang istilah ini kurang relevan karena sumur atau sumber informasi tidak terlokalisasi pada tempat tertentu tapi telah menyebar di semua tempat. Antara kota dan daerah memiliki akses terhadap informasi yang sama hanya menyisakan sikap belajar yang kemudian sebagai pembeda.

Perubahan pemahaman tentang konsep pembelajaran dan transfer informasi ini penting untuk digarisbawahi. Pergeseran konsep pembelajaran ini bagaimanapun akan berdampak pada bagaimana museum semestinya berinteraksi terhadap pengunjung. Kesadaran sedari awal akan adanya pergeseran ini bisa dibilang tidak merata dialami, tidak hanya bagi museum namun juga pada lembaga pendidikan di semua tingkatan. Metode pembelajaran yang dahulu diterapkan di sekolah misalnya pada masa sekarang dianggap tidak relevan lagi untuk dilakukan. Kebiasaan guru yang mengajar di depan kelas untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik diaangap sangat terbatas dan cenderung monoton. Padahal informasi yang tersedia saat ini sangat melimpah dan bisa diakses oleh semua anak didik secara mandiri hampir tanpa batas melalui akses internet. Pada masa sekarang sudah tidak aneh jikalau ada anak didik yang lebih pintar dan lebih luas penguasaan materi pelajarannya dibandingkan dengan guru mata pelajaran (Mapel). Seperti diketahui sekarang peradaban manusia telah sampai pada fase ledakan non degree yang mana muncul dimana-mana orang bisa membuat motor listrik, robot atau bahkan pesawat hanya dengan belajar tutorial melalui internet. Dengan bermodal keinginan dan keuletan setiap orang bisa belajar dari internet. Ledakan nondegree adalah situaasi yang digambarkan oleh Prof. Reinald Kasali sebagai fenomena orang-orang yang bukan berasal dari lulusan perguruan tinggi ternama namun bisa dianggap memiliki prestasi menghasilkan kreasi yang lazimnya dihasilkan oleh akademisi melalui proses riset ilmiah.

Di bidang museum dan pelestarian cagar budaya kita tahu sekarang muncul para pecinta budaya dan sejarah. Perkembangan ini tentulah sangat menggembirakan. Fenomena ini terjadi salah satunya dipicu oleh makin mudahnya orang untuk mengakses informasi. Perkembangan ini juga makin dipompa oleh adanya pengetahuan citizen jurnalistik yang mana pada era ini setiap orang dapat berperan sebagai jurnalis yang bisa menyampaikan berita, baik mengenai peristiwa maupun opini pribadi. Teknologi komunikasi elektronik di sisi yang lain mengalami perkembangan yang tak kalah pesat. Penemuan handphone yang mulanya berfungsi sebagai alat komunikasi, bermetamorfosa dengan cepat menjadi tidak hanya sekedar sebagai alat komunikasi sekarang. Handphone atau gawai bisa menjadi alat pencari informasi, sarana promosi usaha, sarana bersosialisasi, penyeddia aplikasi berbelanja hingga sebagai alat pembayaran perbankan pada masa sekarang. Kemudahan orang mengakses dan memproduksi berita dengan gawai dan media social ini membuat orang dapat dengan leluasa mengaktualisasikan dirinya. Termasuk hobi atau ketertarikan pada benda bersejarah dan barang antik dipermudah dengan perkembangan media ini. Setiap orang dengan minat yang sama dapat saling berjejaring dan mendapatkan ruang social yang luas. Ini adalah perkembangan yang semestinya harus disambut baik.

Para pecinta museum, sejarah, dan budaya atau biasa dikenal dengan identitas para pegiat budaya ini adalah orang-orang yang memiliki interes dan energy yang berlimpah. Pegiat cagar budaya dan museum ini banyak menyuplai pemberitaan terkait temuan dan kondisi cagar budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat dan masih insitu. Banyak informasi dan pemberitaan tentang cagar budaya dan koleksi museum dapat diakses dengan mudah. Dinamika penelitian di perguruan tinggi seperti diketahui juga berlangsung secara masif dengan penerapan aneka macam pendekatan keilmuan, baik secara interdisipliner maupun multidisipliner. Pendekatan keilmuan yang baru ini telah mendorong adanya publikasi penelitian dan juga tulisan-tulisan popular dengan mengambil tema sejarah, antropologi, dan arkeologi. Tulisan-tulisan ini turut memperkaya khazanah penulisan buku dan publikasi bertema sejarah dan budaya. Perkembangan telekomunikasi dengan metode teleconference seperti skype, cysco, maupun zoom meeting tiga tahun terakhir juga membawa banyak perubahan pada model pembelajaran dan transmisi informasi. Kegiatan seminar dapat terselenggara dengan mempertemukan narasumber dan audience dari belahan dunia yang berbeda yang pada masa sebelumnya menjadi kendala yang cukup menyulitkan.

Proses pembelajaran dan publikasi penelitian seringkali berlangsung dengan berbagai macam metode dan cara. Keberadaan teknologi sekarang ini rasanya telah banyak memberikan kemudahan bagi upaya penyebaran informasi dan literasi budaya. Menyikapi hujan informasi ini, metode pembelajaran dan cara menyusun program pemanduan museum juga harus adaptif. Pemanduan dengan model interaktif harus sudah diadopsi dengan mulai meninggalkan metode penyampaian materi yang sifatnya searah. Pembelajaran berbasis pengalaman (learning base experience) harus mulai didorong dan pembelajaran ini hanya dapat berlangsung secara dialogis. Pengalaman setiap pengunjung museum sagat khusus dan berbeda tiap orang. Narasi materi pemanduan semestinya sangat fleksibel dan cair mengikuti pengalaman pembelajaran individu yang sangat khas. Pemandu museum dengan demikian tidak hanya dituntut untuk atraktif namun juga diharapkan dapat menjadi mediator bagi proses interaksi pembelajaran yang saling memanusiakan. Pengelola atau pemandu museum tidak harus menjadi orang yang tahu segala hal tentang koleksi dan cagar budaya. Terkadang pemandu museum dapat juga menggali informasi dari pengunjung untuk kemudian dikomunikasikan kepada pengunjung lain yang belum tahu. Pengelola museum dapat juga mengupayakan pusat data atau bank data dengan menyambungkan pada penyimpanan data cloud. Untuk mengakomodir pengunjung dengan minat dan keingintahuan yang lebih pengelola museum dapat memberikan tautan ke laman berita atau publikasi yang terkait dengan informasi koleksi. Dalam mode ini pembelajaran dan pemanduan di museum dapat berlangsung tidak hanya interaktif tapi juga mandiri dan berkesinambungan. Koleksi dengan moetode ini dapat diberikan konteks secara holistic dengan memberikan alternative sumber informasi sesuai tema dan minat dari pengunjung ketika mengakses informasi koleksi. (MDS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *