WAYANG BEBER PACITAN

DALAM SENI PERTUNJUKAN SENDRATARI

Foto Wayang beber koleksi museum Mpu Tantular

Sesuai dengan namanya, wayang beber adalah sebuah pertunjukan wayang yang dilakukan dengan cara membeberkan atau membentangkan lembaran kertas atau kain bergambar dengan stilisasi wayang (kulit) disertai narasi oleh seorang dalang. Wayang Beber merupakan wayang tertua karena wayang beber mulai ada dan dikembangkan sejak zaman Kerajaan Jenggala tahun 1223 M. Lalu berlanjut hingga masa kerajaan-kerajaan Islam (seperti Kesultanan Mataram). Cerita yang ditampilkan diambil dari Mahabharata maupun Ramayana. Setelah Islam menjadi agama utama di Jawa, cerita-cerita Panji lebih banyak yang ditampilkan.
Awalnya wayang beber dilukis dengan teknik sungging pada lembaran kertas gedhog, Namun sekarang Wayang beber tidak menggunakan kertas gedhog lagi dalam pembuatanya, hal ini berubah ketika para wali dahulu menggunakan wayang beber untuk melakukan dakwah Islamnya, karena Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup seperti manusia, hewan, maupun patung.
Wayang beber yang pertama dan masih asli sampai sekarang masih bisa dilihat di Dukuh Karangtalun, Desa Gedompol, Donorojo, Pacitan. Konon, gulungan wayang beber di Pacitan merupakan peninggalan sejak zaman Majapahit. Berjumlah 6 gulungan, setiap gulungan memuat 4 adegan. Jadi jumlah keseluruhan menjadi 24 adegan, tetapi adegan yang ke 24 tidak boleh dibuka, yang menurut kepercayaan pantang untuk dilanggar. Wayang beber asli Pacitan ini dimainkan oleh lima orang. Empat orang memainkan alat musik rebab, kendang, kenong laras slendro, dan gong. Satu orang bertindak sebagai dalang. Profesi menjadi Dalang Wayang Beber dijalankan berdasarkan garis keturunan.
Fungsi pertunjukan Wayang Beber Pacitan digunakan sebagai sarana untuk meruwat. Meruwat orang-orang dari hal-hal negatif yang ada dalam diri mereka. Dengan diadakannya pertunjukan wayang beber maka ia diharapkan mendapatkan keselamatan.

Pertunjukan Panggung
Sendratari Wayang Beber Pacitan 2022

Melihat perjalanan sejarah Wayang beber pacitan yang sangat panjang ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur tergelitik untuk mencoba mendorong dan merangsang para generasi muda sebagai pelaku seni di Jawa Timur, khususnya di Pacitan untuk terus menggali dan mengembangkan wayang beber, baik dari bentuk maupun alur ceritanya. Kita tidak boleh kehilangan wayang beber yang merupakan produk kebudayaan Jawa Timur dan menjadi karya adiluhung yang luar biasa.

Oleh karena itu, pada tanggal 30 Maret 2022, Pemprov Jatim, melaui Disbudpar Prov Jatim bersama pelaku seni Surabaya menggelar pertunjukan wayang beber yang disajikan dalam bentuk seni pertunjukan sendratari di atas panggung, di Gedung Gasibu, Pacitan. Hal ini sebagai wujud keperdulian Disbudpar untuk melakukan pelestarian budaya melalui pengembangan wayang beber dalam sajian dari seni tradisi ke seni panggung sendratari, dengan memberikan kreasi baru dengan format lain selain format sebaran sebagai bentuk aslinya.

Pelaku SenI Bersama Kadisbudpar Prov Jatim

Bupati Pacitan, Indrata Nur Bayuaji, menyatakan, sebagai warga Pacitan pemilik wayang beber, ini menjadi amanah. Bagaimana menyelamatkan dan menyebarkan warisan seni budaya tersebut. Baik kepada masyarakat Pacitan, maupun kepada khalayak.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *