UPT Museum Negeri Mpu Tantular melaksanakan kegiatan kajian Koleksi Etnografi ” Batik Sidoarjo. Kegiatan Kajian Koleksi Batik ini yaitu dengan melakukan penelitian secara mendalam pada batik Sidoarjo, koleksi museum Mpu Tantular. Penelitian mendalam baik secara fisik, maupun nilai nilai, makna dan fungsi batik yang tercermain dari berbagai ornamen dan warna batik. Kajian Batik Sidoarjo Koleksi Museum Mpu Tantular dilaksanakan oleh beberapa tenaga ahli di bidang batik. Diantaranya adalah Pembatik Senior dari Sidoarjo, Pengusaha Batik Sidoarjo, dan Akademi di bidang batik (doktor batik).
Batik merupakan salah satu contoh karya seni yang terbuat dari bahan dasar kain. Untuk jangka waktu yang sangat panjang batik mudah mengalami kerusakan jika dibanding dengan karya seni yang terbuat dari bahan dasar besi, logam, batu, dan lain sebagainya. Oleh karena itu batik perlu dijaga keberadaanya agar tidak mengalami kepunahan. Salah satu departemen atau lembaga yang memilik peran untuk menjaga keberadaan batik adalah Museum. Dengan dikoleksinya batik dalam Museum, diharapkan mampu mengatasi pengaruh dari Revolusi Industri 4.0. Kita bisa melihat, menyentuh, merasakan batik secara langsung.
SEJARAH BATIK SIDOARJO SECARA UMUM
Berdasarkan Laporan Penelitian Terapan Hibah Dikti oleh Dr. Muslichah Erma Widiana (Universitas Bhayangkara Surabaya), Dra Kusni Hidayati M.Si (Universitas Bhayangkara Surabaya), dan Karsam, S.Pd, MA., Ph.D (Universitas Dinamika) yang berjudul Model Pemberdayaan Pengrajin Batik Melalui Pendekatan Standarisasi Berbasis Teknologi Informasi Untuk Meningkatkan Daya Saing RevolusiIndustri 4.0.dijelaskan bahwa sejarah Batik Tulis Tradisional di Kabupaten Sidoarjo berpusat di Jetis yang sudah ada sejak tahun 1675. Batik ini mula-mula diajarkan oleh Mbah Mulyadi yang konon merupakan keturunan Raja Kediri yang lari ke Sidoarjo. Bersama para pengawalnya, Mbah Mulyadi mengawali berdagang di Pasar Kaget yang kini dikenal dengan nama Pasar Jetis. Mulai masuk tahun 1950-an usaha Batik Jetis didirikan lagi oleh seorang wanita yang bernama Widiarsih (Bu Wida) dan banyak masyarakat Kampung Jetis waktu itu masih menjadi pekerjanya. Usaha Batik Tulis Widiarsih pada waktu itu telah menjadi perusahaan terbesar di kampung Jetis, sekaligus banyak yang mengakui kalau bisnisnya menjadi bisnis batik tertua di kampung Jetis. Tahun 1970-an, para mantan pekerja Widiarsih akhirnya memberanikan diri untuk membuat serta membuka bisnis batik tulis sendiri dirumahnya, yang akhirnya menjadi usaha masyarakat rumahan batik Jetis tulis ini.
SEJARAH MOTIF BATIK SIDOARJO KOLEKSI MUSEUM MPU TANTULAR
Pada awalnya motif batik Sidoarjo dibuat berdasarkan dari alam sekitar mulai dari tumbuhan, hewan maupun benda. Pada saat ini motif batik mulai berkembang dengan seiringnya berkembangnya zaman. Pada tahun 1990an pengrajin batik membuat benda yang mudah dipakai, dalam penciptaan motif pembatik tidak mempersoalkan masalah yang berkaitan dengan hal yang bersifat magis.
Penciptaan batik masa kini lebih menekankan pada hasil karya visual. Penciptaan motif batik lebih ditujukan kepada keindahan bentuk baku yang diarahkan pada pemenuhan selera pemakai (konsumen) yang berorientasi pada peningkatan produksi batik. Pada tahun 1990an motif batik yang beragam mulai bermunculan, itu dikarenakan karakteristik masyarakat Sidoarjo yang umumnya terbuka terhadap pengaruh luar, dan juga letak Sidoarjo yang strategis sehingga menjadi lalu lintas perdagangan. Adapun Motif Koleksi Batik Sidoarjo Koleksi Museum Mpu Tantular diantaranya Motif Rawan Engkok, Motif Tumpal Liris, Motif Tiga Penjuru, Motif Tumpal, Motif Sri Menanjung dll, (Ga)