
Museum menyimpan artefak manusia dalam mengarungi sejarah kehidupannya. Semua mengetahui dalam kompleksitas kehidupan manusia terdapat mobilitas ruang dalam rangka ekploitasi manusia terhadap lingkungan. Ikhwal ini dapat dilacak dari berkembangnya kemampuan otak manusia dalam menggunakan peralatan batu dan tulang untuk meringankan kerja fisik manusia. Penemuan perkakas ini berlangsung setelah manusia mulai bisa mengendalikan api yang pada masa selanjutnya mengantarkan manusia pada ketrampilan melebur logam. Pada masa ini peralatan dibuat dari bahan logam karenanya disebut jaman logam atau perundagian (pertukangan). Dalam rentang ratusan tahun kemudian terfikir oleh manusia jika benda bulat yang bisa menggelinding nyatanya lebih cepat menindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain. Benda yang kemudian disebut roda ini dipadukan dengan kerangka atau frame sehingga membentuk sebuah sepeda dengan perhitungan geometri tertentu.
Pada awalnya sepeda dahulu berbahan kayu. Dari frame, sadel, hingga roda hampir keseluruhan terbuat dari kayu sehingga bisa dibayangkan sepeda jenis ini sangat kaku (stiff). Sepeda jenis ini bisa dilihat ada menjadi koleksi museum Mpu Tantular. Sepeda kayu selanjutnya berkembang menjadi Bone Shaker 1860, sebuah sepeda dari bahan baja termasuk bagian rodanya. Disamping berat sepeda ini juga sangat tidak nyaman dikendarai karena tidak memiliki komponen peredam atau suspensi. Sepeda ini dinamai bone shaker karena dianggap bisa membuat sendi tulang pengendaranya bergetar. Perkembangan sepeda selanjutnya berlangsung pada jaman Victoria yang di negeri asalnya Inggris disebut Penny Farthing. Istilah penny dan farthing berasal dari penyebutan dua macam mata uang Inggris yang berukuran satu lebih besar dari yang lain, sesuai dengan ukuran roda depan sepeda ini yang lebih besar daripada roda bagian belakang. Sepeda ini merupakan hasil desain James Stanley dan William pada tahun 1870an. Sepeda ini diluncurkan oleh Industri sepeda di Coventry Inggris. Artefak ini sekali lagi bisa dilihat dan masih disimpan di museum Mpu Tantular.

Pada awal tahun 2020 orang tertarik kembali kepada sepeda, bermula dari kesadaran akan pentingnya kualitas hidup sehat dikala pandemi. Dari sini kemudian muncul pemandangan orang bersepeda dimana-mana. Gejala ini sekilas cukup menggembirakan karena pola hidup sehat akan meningkatkan kualitas hidup manusia. Gerakan orang bersepeda ini bisa dianggap sebagai sebuah trend positif. Hingga pertengahan tahun 2021 angka penjualan sepeda sempat mengalami peningkatan hingga berkali lipat, begitupun harga komponen sepeda mengalami kelangkaan di beberapa bike store. Harga sepeda bekas di pasaran konon lebih mahal dibanding harga sepeda baru, tentu hal ini sangat tidak masuk di akal.
Di masyarakat juga demikian, muncul banyak komunitas-komunitas pecinta sepeda atau goweser. Gerakan bersepeda sehat, mulai dari bike to work atau bike to school memberi harapan yang positif kearah gaya hidup sehat atau go green. Seperti diketahui pemerintah berencana mengkonversi bahan bakar fosil ke bahan bakar yang ramah lingkungan. Diperkirakan pada tahun 2040 semua kendaraan sudah berganti ke tenaga listrik. Tekad konversi bahan bakar dari fosil ke nonfosil sudah harus dilakukan karena cadangan bahan bakar fosil yang tersedia di dalam perut bumi diperkirakan hanya cukup digunakan 50 hingga 60 tahun ke depan. Alternative kendaraan yang dianggap bisa menjadi pengganti dari kendaraan bermotor (fosil fuel) disamping kendaraan listrik adalah sepeda. Sepeda di Indonesia dianggap lebih cocok digunakan setidaknya meliputi dua hal. Pertama, berdasarkan data, jangkauan mobilitas harian masyarakat Indonesia rata-rata hanya meliputi jarak 5 hingga 15 Km. Sarana transportasi sepeda karenanya masih dianggap cukup memadai. Kedua dari aspek kesehatan, pemakaian sepeda dalam mobilitas sehari-hari dianggap bisa meningkatkan kualitas kesehatan warga disamping menghemat anggaran belanja negara.
Kualitas hidup yang sehat pada tiap orang akan menghemat anggaran kesehatan yang harus dikeluarkan negara untuk menutupi biaya jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan warga negaranya. Negara Australia misalnya, alih-alih membangun rumah sakit, pemerintah malah mengalokasikan anggaran belanja negara untuk membangun sarana olah raga atau sport center. Angggaran kesehatan sudah tidak diarahkan ke upaya kuratif (pengobatan), sebaliknya berubah ke langkah preventif dengan mengkampanyekan pola hidup sehat melalui olah raga. Inggris juga demikian, dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan warganya, pemerintah memberikan insentif pajak bagi warga yang menggunakan sepeda ke kantor. Begitupun insentif ini juga diberikan kepada setiap warga yang membeli sepeda baru untuk digunakan bekerja atau bersekolah. Di negara Eropa yang lain, pemerintah Perancis selama masa pandemi kemarin memberikan subsidi uang kepada rakyatnya untuk memperbaiki sepedanya yang rusak agar bisa digunakan kembali. Pada saat itu dari hasil riset kesehatan menyatakan, olah raga sepeda dianggap sebagai jenis oleh raga paling aman kedua kedua dilakukan di masa pandemi. Perancis juga berupaya membangun jalur sepeda di negaranya dalam rangka mendorong warganya untuk giat bersepeda.
Pemerintah Indonesia ke depan diharapkan juga memiliki visi ke depan dalam mengatasi masalah kesehatan warga. Isu kesehatan, penghematan APBN, dan bahan bakar ramah lingkungan semestinya sudah menjadi alasan kuat untuk kembali mempopulerkan budaya bersepeda di kalangan masyarakat. Pemangku kepentingan semestinya bisa mengambil momentum ketika gowes sedang hype di masyarakat. Termasuk bagi museum sebagai lembaga pelestarian sejarah dan budaya, dapat turut berkontribusi mendorong pemasyarakatan tradisi dan nilai-nilai kebaikan dalam bersepeda.
Sepeda diketahui memiliki sejarah panjang, hingga sekarang dikenal sepeda moderen berbahan karbon yang ekstra ringan dan sepeda Titanium yang berharga fantastis mencapai ratusan hingga milyaran rupiah. Serangkaian inovasi dan penemuan teknologi telah menjadikan bersepeda sebagai jenis olah raga yang digemari. Beberapa komponen yang cukup penting dalam mendukung performa bersepeda diantaranya wheelset, grupset, chainring, power meter, dan sebagainya. Semua komponen sepeda di atas telah membentuk industri sepeda sebagai sebuah sector ekonomi yang menjanjikan. Peningkatan industri sepeda juga membawa pertumbuhan banyak UMKM penyokong dalam negeri. Disamping industri sepeda yang turut menggeliat, beberapa event sepeda yang telah mulai marak nyatanya telah membantu memutar roda ekonomi setempat. Mulai penginapan, pusat kuliner tradisional, toko souvenir, dan warung jajanan rakyat turut terangkat penjualannya ketika dihelat kegiatan ini. Di Jawa Timur, event rutin bersepeda di Kediri, Banyuwangi, dan Surabaya terbukti mengangkat pariwisata local. Kegiatan pemasyarakatan sepeda seperti ini akan menarik juga jika dilakukan di lingkungan museum, tentunya dengan format dan konsep yang relevan dengan pelestarian budaya. Disamping memiliki modal koleksi yang related, museum juga memiliki spot lokasi kegiatan yang luas dan representative. Ditambah keberadaan komunitas di sekitar museum jika dikolaborasikan dengan komunitas penggemar sepeda yang lain maka akan menghasilkan event yang apik dan menarik ke depan. (MDS)
KEPUSTAKAAN
http://www.bicyclehistory.net/bicycle-history/penny-farthing/ https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/read/71/perdebatan-sejarah-sepeda.html#:~:text=Penny%20Farthing%2C%20juga%20disebut%20sebagai,lainnya%20dari%20sepeda%20mula%2Dmula.