Mencari Konsep Alternatif Model Pemanduan

Menghadirkan Karakter Ikon Jawa Timuran dalam Metode Pemanduan Museum

Tantangan museum sekarang dan ke depan adalah menghadirkan karakter dan identitas yang berbeda dibandingkan dengan para kompetitornya. Berkaitan dengan identitas museum, seperti diketahui Mpu Tantular sudah dikenal khalayak luas sebagai etalase kebudayaan Jawa Timur. Beraneka ragam koleksi yang ada di dalamnya menjadikan museum Mpu Tantular sebagai ‘kategori museum umum’ satu-satunya dengan koleksi yang paling lengkap di Jawa Timur. Disamping potensi koleksi yang dimilikinya, sebuah museum untuk bisa menjadi destinasi wisata unggulan harus memiliki defferensiasi dan ciri khas yang menunjukkan karakter lokalitasnya.

Pemandu dalam sebuah museum adalah garda depan yang bertugas menyapa dan  menstransfer informasi menyeluruh tentang sajian koleksi museum. Pengunjung yang datang ke museum secara umum mengharapkan terpenuhinya ekspektasi orang per orang. Ketika berkunjung ke beberapa tempat mereka berharap akan memperoleh pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan destinasi wisata budaya sejenis.

Museum Mpu Tantular perlu berupaya untuk menghadirkan kekhasan dalam memberikan layanan pemanduan. Salah satu implementasi dari upaya ini adalah mencoba menghadirkan pemandu dengan karakter ikon Jawa Timuran. Beberapa tokoh atau ikon yang identic dengan orang Jawa Timuran adalah sosok pelawak Kartolo atau figure seperti Pak Sakera. Karakter yang melekat pada beberapa figure ini adalah kelugasan, ketulusan, kostum yang unik, dan juga logat yang menunjukkan kekhasan daerah Suroboyo Jawa Timuran.

Setiap tempat di pulau Jawa secara umum menggunakan bahasa Jawa sebagai alat berkomunikasi. Namun di setiap lokasi seperti diketahui memiliki beberapa varian atau bahkan dialek bahasa sebagai bagian dari subkultur budaya Jawa menyesuaikan dengan karakter lokalitas masyarakat setempat. Menghadirkan karakter tokoh popular demikian sebagai pemandu di museum milik wong Jawa Timur tentulah menarik untuk dilakukan.

Seperti diketahui tokoh Cak Kartolo dengan dialek dan gaya bahasa serta komedinya telah melekat di hati masyarakat. Selain itu juga tokoh Pak Sakera dengan kostumnya yang mencolok serta dialek Madura yang kental dan cenderung jenaka tentulah akan sangat menjanjikan untuk memikat minat pengunjung. 

Kehadiran karakter Jawa Timuran dalam rangkaian pemanduan museum akan menghadirkan pengalaman atau experience yang lain dari pada yang lain. Meski tentu saja pemandu museum secara normative tetap menggunakan Bahasa Indonesia namun penting juga menyelipkan frase bahasa daerah dan logat Jawa Timuran dalam proses pemanduan. Bahkan jikalau dibutuhkan pemandu bisa mengajak pengunjung, terutama dari luar Jawa Timur, untuk belajar bahasa atau dialek Jawa Timuran sebagai oleh-oleh yang tentu akan sangat berharga sebagai tambahan wawasan pengunjung.

Di era globalisasi dan percepatan informasi seperti sekarang, kita menyimak adanya gejala penyeragaman budaya dan bahasa di hampir seluruh penjuru dunia. Para presenter dan pembawa acara radio misalnya, cenderung menggunakan bahasa, dialek, dan bahkan karakter yang cenderung seragam  yaitu dialek Jakarta-Betawi. Alih-alih menunjukkan identitas atau branding tertentu, yang terjadi selanjutnya, gejala ini malah menjadi sebuah trend yang kontraproduktif dengan misi pemajuan kebudayaan. Ada yang perlu dicermati dari berlangsungnya fenomena ini.  Fenomena ini jika dibaca dengan kacamata yang lain, bermakna sebagai gejala menumpulnya kreatifitas local dan ini akan berimbas pada menurunnya geliat keragaman budaya di tengah-tengah masyarakat.

Niatan untuk menghadirkan karakter tokoh Jawa Timuran dalam proses pemanduan museum Mpu Tantular adalah sebuah proyek kerja yang positif untuk dilakukan. Disamping untuk berkontribusi dalam upaya menjaga elan vital kreasi budaya local, kegiatan ini diharapkan akan mampu mendatangkan pengunjung museum secara simultan karena dianggap mampu memberikan pengalaman (experience) yang berkesan terutama bagi pengunjung dari luar Jawa Timur.

Dalam merintis proyek kerja ini perlu dilakukan inventarisasi potensi pemandu dengan karakter budaya Suroboyoan yang khas. Selanjutnya perlu dilakukan pembekalan dan serangkaian simulasi. Penyiapan kostum juga perlu dibuatkan desain yang dianggap dapat merepresentasikan lokalitas budaya Jawa Timuran. Spot foto dan pernak pernaik souvenir tentang tradisi Jawa Timur juga akan menjadi pelengkap perlu difikirkan kemudian untuk bisa disuguhkan sebagai bagian dari layanan kunjungan ke museum Mpu Tantular. (MDS/n)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *