Sidoarjo – Museum Negeri Mpu Tantular Jatim melakukan ritual jamasan 500 keris pusaka, Senin hingga Rabu (24-26 Juli 2023). Kegiatan ini selain untuk melestarikan warisan budaya leluhur, juga dalam rangka membersihkan benda pusaka di Bulan Sura atau Tahun Baru Islam.
Kepala Disbudpar Jatim, Hudiyono, Selasa (25/7/2023) mengatakan, keris atau benda pusaka adalah karya agung warisan budaya yang sangat dihargai karena eksistensinya. Keris juga memiliki daya tarik terhadap masyarakat dunia, sehingga keris telah diakui dan ditetapkan sebagai “Masterpiece of The Oral And Intengible Heritage of Humanity” dari badan dunia Unesco pada tahun 2005. Kini, keris diakui dunia sebagai karya agung warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia.
“Dalam budaya Jawa keberadaan keris atau benda pusaka masih begitu penting, disamping unik dan memiliki nilai sejarah, nilai artistik dan estetika, bahkan juga mengandung nilai magic yang sarat makna simbolik dalam kehidupan masyarakat Jawa,” ujarnya.
Kadis Hudiyono menuturkan, melalui kegiatan Jamasan Pusaka, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat dan genersi muda tentang pentingnya melestarikan warisan budaya benda pusaka atau keris peninggalan masa lalu yang diciptakan oleh para leluhur.
Selain itu, melalui kegiatan Jamasan Pusaka serta kegiatan lain yang melibatkan masyarakat, komunitas pelestari benda pusaka atau pelaku budaya serta para generasi muda, akan mampu meningkatkan daya tarik wisata ke museum.
Kadis Hudiyono berharap, melalui jamasan pusaka ini ada IKI (Inisiasi, Kolaborasi, dan Inovasi) dan juga ada ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi).
“Jadi kalau ada sesuatu yang lestari budayanya bagus, kita pakai pedoman ATM ini,” kata Kadis Hudiyono lebiha lanjut.
Kepala UPT. Museum Negeri Mpu Tantular, Sudjoko, dalam laporannya menyatakan bahwa 500- an keris itu terdiri dari keris koleksi museum dan dari masyarakat, dengan mengundang penjamas pusaka dari Sanggar Lulut Laras dari Kabupaten Mojokerto .
“Kami melakukan jamasan ini di bulan sura dalam kalender jawa, karena bulan sura atau tahun baru hijrah bagi sebagian masyarakat jawa merupakan bulan penuh kebaikan, bulan penuh kesucian dan bulan penuh kemenangan,” katanya.
Ki Lulut Kateno, penjamas, dalam kesempatan itu menunjukkan salah satu keris yang dijamas, yakni keris Nagasapta.
“Keris ini cuma ada 7 (tujuh) di dunia, dan ini yang paling mahal,” katanya
Sebagai informasi, Keris Nagasapta adalah salah satu koleksi keris yang dimiliki Museum Negeri Mpu Tantular Provinsi Jawa Timur dari sekitar 300 (tiga ratus) keris sebagai Koleksi Etnografika. Keris tersebut dihibahkan oleh Bapak Oeke Ludong, asal Jepara Jawa Tengah, pada 2004 silam. Keris Nagasapta memiliki luk berjumlah 7 (tujuh), dhapur Kinatah Emas Kamoragan, pamor Wengkon dan Tangguh Paku Buwono VII, dengan warangka Ladrangan. Luk 7 (tujuh atau pitu, dalam bahasa Jawa) melambangkan pitulungan bagi pemiliknya, yaitu memiliki makna senantiasa dibantu dan membatu oleh atau kepada sesama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. (red)