
UPT Museum Negeri Mpu Tantular menyelenggarakan seminar hasil kajian koleksi Arkeologi Prasasti Pasrujambe. Kegiatan berlangsung di Museum Negeri Mpu Tantular Buduran Sidoarjo, Rabu (20/8/2025).diikuti 100 orang dari akademisi dan komunitas budaya.
Sebagai narasumber tim ahli terdiri Drs. Ismail Lutfi, M.A., akademisi Universitas Negeri Malang dan Teguh Fatchur Rozi, S.Hum., M.Pd.I. selaku praktisi Epigrafi PAEI Komda Jawa Timur.
Hadir pada kesempatan itu Kepala UPT Museum Mpu Tantular ; Sadari, S.Sn, para Kepala Bidang dan UPT dilingkungan Disbudpar Jatim, Pejabat Perpustakaan dan Kearsipan Pemprov Jatim, Pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Sidoarjo serta undangan lainnya.
“Kegiatan ini untuk mempublikasikan dan mendiskusikan secara ilmiah hasil kajian yang telah di lakukan oleh tim peneliti terhadap Prasasti Pasrujambe,” kata Kadisbudpar Jatim, Evy Afianasari dalam amanat yang disampaikan Kabid Kebudayaan, Dwi Supanto.
Selain itu meningkatnya kelengkapan data dan informasi yang terkait dengan kegiatan seminar hasil kajian Arkeologi Prasasti Pasrujambe yang ada di Museum Negeri Mpu Tantular;
“Masyarakat dapat mengakses informasi hasil dari kajian serta seminar yang dilaksanakan oleh Museum Mpu Tantular tentang Prasasti Pasrujambe; serta mewujudkan mewujudkan visi dan misi Museum,” ujarnya.
Prasasti Pasrujambe
Prasasti Pasrujambe berangka tahun 1459 M merupakan salah satu koleksi arkeologika yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi, bukan sekedar benda mati. prasasti ini merupakan jendela yang dapat membuka wawasan kita tentang peradaban masa lalu, khususnya di wilayah kabupaten lumajang.
Melalui tulisan dan simbol yang terukir di dalamnya, kita dapat memahami aspek sosial, politik, ekonomi dan keagamaan masyarakat pada zaman itu. Ada 19 buah prasasti yang tersimpan di museum negeri mpu tantular dengan tahun perolehan 1994-1995.
Menurut catatan prasasti pasrujambe ditemukan di Dusun Munggir Desa/Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang berisi tentang kehidupan para Brahmana di Lereng Semeru.
Proses kajian yang telah dilakukan oleh tim peneliti sebelumnya bukanlah hal yang mudah, diperlukan ketelitian, kesabaran dan kolaborasi multidisiplin untuk menafsirkan setiap ukiran dan kata yang ada.
“Oleh karena itu saya ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh tim peneliti yang telah bekerja keras dan mendedikasikan waktu serta ilmunya. dan selanjutnya sebagai bentuk pertanggungjawabannya maka hari ini akan diseminarkan,” ujar Kadisbudpar Jatim. (ag-s)